Keep Hamasah..!!

16 Mei 2012

GODAAN SYETAN DALAM PERNIKAHAN



Tidak diragukan lagi, bahwa mentaati Allah dan Rasulullah dalam hidup ini adalah jalan keselamatan manusia di dunia dan akhirat. Semua perintah Allah pastilah mengandung kebaikan, meski manusia kadang tidak mampu menguraikan hikmahnya. Pun demikian, tidak ada larangan Allah, melainkan pasti mengandung keburukan bagi manusia, meski manusia kadang menyangkanya penuh dengan kebaikan.
Penyelewengan manusia dari jalan yang lurus (ash shirathal mustaqim), berwujud pada dikerjakannya dosa atau maksiyat. Bisa karena kebodohan, karena hawa nafsu, ataupun godaan syetan. Karena tidak ada dosa atau maksiyat selain berasal dari tiga hal di atas.
Janji Syetan
Karena itulah Allah memberi peringatan kepada manusia agar waspada terhadap godaan syetan, di samping waspada terhadap kebodohan dan hawa nafsunya. Ibnul Qayyim mengatakan bahwa, peringatan Allah kepada hamba-hamba-Nya agar waspada terhadap syetan, lebih banyak jumlahnya daripada peringatan Allah terhadap bahaya hawa nafsu. Hal ini menunjukkan bahwa syetan dengan segala tipu dayanya tidaklah bisa dianggap enteng. Yang karenanya bisa disepelekan. Allah berfirman,
 إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ(6)
“Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh kalian, maka jadikanlah  ia musuh (kalian), karena sesungguhnya syetan itu hanya mengajak golongannya agar menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” QS.  Fathir; 6.
 Ayat ini secara tegas menjelaskan kedudukan syetan bagi manusia dan bagaimana sikap yang seharusnya dipilih manusia untuk menghadapi syetan. Dalam tafsir ‘Zubdatut tafsir” dikatakan, “Maka, musuhilah syetan itu dengan menjalankan ketaatan kepada Allah, dan janganlah mentaatinya dengan bermaksiyat kepada-Nya..”
Al Qur’an juga menjelaskan tentang pendirian dan keteguhan syetan untuk menyesatkan manusia dari jalan yang lurus dan menghalanginya masuk kejannah. Allah berfirman,
قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ(16)ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ(17)
Iblis menjawab, “Karena Engkau telah menghukumku sesat, aku benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan-Mu  yang lurus, kemudian aku akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (ta`at).” QS.  Al A’raaf; 16-17.
“Aku akan berusaha sungguh-sungguh untuk menyesatkan mereka, hingga mereka menimbulkan kerusakan karena aku, sebagaimana aku telah menimbulkan kerusakan sebab meninggalkan sujud kepada bapak mereka.” Juga, “Aku akan mendatangi mereka dari segala penjuru, berusaha untuk menyesatkan mereka dari jalan-Mu yang lurus dengan segala sarana yang aku sanggupi.”
Dua bentuk Penyesatan
Pernikahan termasuk satu sunnatullah yang wajib ditunaikan, dan mengandung fitnah besar jika diabaikan. Seperti perkataan Ibnu Mas’ud, “Seandainya tidak tersisa dari umurku kecuali sepuluh hari, dan aku tahu bahwa aku akan mati di akhirnya, tentulah aku akan menikah karena takut fitnah.” Sedang Sa’d bin Abi Waqqash berkata, “Rasulullah menolak keinginan Utsman bin Mazh’un untuk membujang. Seandainya hal itu diizinkan,tentulah kami akan mengikuti.”
Tentu saja syetan tidak akan meremehkan pintu ini untuk menyesatkan manusia. Seperti Rasulullah saat mendapati Akhnaf bin Basyr at Tamimy yang masih membujang padahal berkecukupan secara ekonomi, beliau menyebutnya sebagai saudara syetan atau seorang pendeta.
Membujang rentan terhadap fitnah. Ibarat pohon yang diterjang angin badai, demikian Wahab bin Munabbih menyatakan.
Mukhallad bin Al Husain berkata, “Tidaklah Allah memerintahkan sebuah perkara, kecuali syetan memiliki dua jalan penyesatannya. Bisa dengan tafrith dan pengurangan, bisa dengan melampaui batas dan berlebih-lebihan.”
Dalam hal ini, syetan mampu mencium apa yang dominan pada diri seseorang hamba, kemudian mencari jalan terbaik yang lebih sesuai. Jika dia melihat bahwa sikap menahan diri pada diri seseorang lebih dominan, dia akan menghalangi orang itu untuk melaksanakan perintah. Memberat-beratkan dan memudahkannya untuk meninggalkan perintah itu.
Namun,jika yang dominan pada diri orang itu adalah kekuatan untuk maju dan semangat yang tinggi, maka syetan akan menjadikannya merasa kurang dengan amalannya,sehingga harus ditambah lagi.
Ifrath wa Tafrith
Ifrath adalah sikap berlebih-lebihan dalam mengerjakan suatu perintah, sehingga terkesan memberatkan diri. Dalam pernikahan, sikap ini tampak dalam banyak hal, seperti; menganggap pernikahan akan menghalangi ibadah, menetapkan kriteria terlalu ideal, berkeyakinan harus mapan dulu secara ekonomi, takut terganggu studinya, atau juga, takut miskin.
Sedang tafrith adalah kebalikannya. Sikap meremehkan dan mengabaikan. Hal ini tampak dari sikap terlalu berani menikah tanpa persiapan memadai, tidak punya kriteria tentang pendamping, yang penting dapat, terlalu panjang angan-angan, atau menggampangkan perzinahan.
Dalam hal ini, syetan akan menempuh berbagai jalan, di antaranya; tazyiinul bathil (QS. 8;48), takhfiiful mukminin (QS. 3;175) dan thulul amal. Adapun sarana yang mereka pakai adalah mata, telinga, lisan, tangan dan kaki serta nafsu ammarah.
Gangguan Syetan Secara Fisik
Di samping godaan syetan yang berupa syubhat dan syahwat, ada juga gangguan syetan kepada manusia dalam hal pernikahan secara fisik. Di antaranya;
  1. menghalangi pernikahan
Ibnu Taimiyah pernah membacakan ayat ‘afahasibtum annamaa khalaqnaakum ‘abatsa….’ di telinga orang yang kesurupan. Beliau  kemudian mengambil tongkat dan memukul tengkuk orang itu, dan menyuruh jin yang ada dalam diri orang itu untuk keluar. Jin itu berkata, “Aku mencintainya.”
  1. sihir benci dan cinta
مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَيْءٍ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلَاةٌ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً
“Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal, kemudian meminta sesuatu kepadanya, tidak akan diterima shalatnya empat puluh hari.”HR. Muslim
مَنْ أَتَى كَاهِنًا فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ فَقَدْ بَرِئَ مِمَّا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ
“Barangsiapa mendatangi dukun, kemudian membenarkan ucapannya, sungguh dia telah berlepas diri dari apa yang diturunkan kepada Muhammad.”HR. Abu Dawud
  1. merusak keturunan
لَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا أَتَى أَهْلَهُ قَالَ بِسْمِ اللَّهِ اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا فَإِنْ قَضَى اللَّهُ بَيْنَهُمَا وَلَدًا لَمْ يَضُرَّهُ الشَّيْطَانُ قَالَ أَبمو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ
Andaikan salah seorang di antara kalian jika mendatangi isterinya membaca doa, ‘Bismillah Allahuma Jannibnas Syaithana wa Jannibis Syaithana maa Razaqtanaa’, maka jika Allah menetapkan anak bagi keduanya, syetan tidak akan mengganggunya.HR. At Turmudzi
  1. sihir cerai.
Allah berfirman,
“….. Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui.” QS. A Baqarah;102.
Berlindung dari Gangguan Syetan
  1. Iltizam kepada al Kitab dan As Sunnah
  2. Mencari lingkungan yang baik  .
  3. Iltitija’ dan ihtima’ kepada Allah.
  4. Mewaspadai panca indera
Wallahu A’lam bis Shawwab.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar